Friday, May 2, 2014

Melupakan untuk Mengingat

Kau selalu merasa bahwa mudah lupa adalah sebuah kelebihan. Secara tidak sengaja kau lupa pada hal-hal yang memang sudah semestinya tak perlu kau ingat. Lalu menjadikan hal itu tak berkesan di matamu. Tak ada artinya di hatimu.

Tapi di tengah kemudahan lupa, kau harus tetap ingat, bahwa ingatan memiliki aturannya sendiri. Dengan egoisnya dia bisa juga memilih kenangan dan peristiwa masa lalu untuk diingat dengan intepretasinya sendiri, tanpa mau berkompromi denganmu. Ia melupakan hal yang ingin kau ingat, dan mengingat hal yang ingin kau lupakan.

Dan meskipun kau betul-betul mudah lupa, kau sering lengah. Bahwa melupakan bukan berarti hilang ingatan. Selalu saja ada serpihan kenangan tinggal di sudut-sudut kepala. Selalu saja ada potongan masa lalu yang menolak beranjak dari lapis terdalam perasaan. Di sela-sela perjalananmu, serpihan kenangan dan potongan masa lalu seringkali mampir tanpa mempertimbangkan situasi hati.


Dalam persinggahan kenangan dan masa lalu itu, terkadang kau tak merasa apa-apa. Tapi tak jarang serpihan dan potongan itu memaksamu berhenti berjalan, entah lama, entah sebentar. Membuatmu berpikir keras, haruskah kau terus berjalan ke depan, atau berbalik arah dan mengambil satu persatu serpihan juga kenangan yang sebetulnya kau ingin kubur dalam-dalam. Mengambilnya untuk membuangnya ke tempat yang seharusnya. Atau bisa juga mengambilnya untuk kembali menyimpannya.

Kau merasa kenangan dan masa lalu itu terus menyakitimu. Mengobrak-abrik hatimu. Menggarami lukamu yang menganga. Lalu kau memutuskan untuk menyerah. Kau memasrahkan semuanya pada ingatanmu yang egois itu.

Di tengah-tengah kepasrahanmu, perlahan kau menyadari, bahwa kenangan dan masa lalu itu bagian dari dirimu. Merekalah yang mengukir jiwamu. Menempa hatimu. Mengokohkan perasaanmu. Membentuk dirimu.

Kemudian kau memutuskan untuk berjalan ke depan. Tetapi dengan menggenggam kenangan di tangan kiri dan mendekap masa lalu di tangan kanan. Airmata yang sejak tadi kau kendalikan, kali ini tidak bisa menahan dirinya untuk merayakan kepasrahan ini bersamamu.

Tapi kau yakin itu bukanlah kesedihan. Itu adalah keberanian.

Forget to Remember (Source: sportsgeezer.com)

No comments:

Post a Comment