Wednesday, March 19, 2014

Tanpa Nama

Ini tentangmu yang tak boleh disebut namanya
Yang setiap hari kuhanyutkan dalam sungai bernama ingatan
Dan setiap minggu kucemplungkan dalam danau bernama kenangan

Ini tentangmu yang tak boleh disebut namanya
Yang peninggalannya menghiasi rumah bernama kasih sayang
Yang ceritanya menggantung di langit-langit harapan

Tapi aku tak tahu apakah rasaku ini bernama apa
Yang kutahu, aku menikmati saat-saat bersamamu, meski kau pun tak menyadari aku ada

Tapi bukankah yang indah tidak selalu harus bernama?

:)

*untukmu yang selalu hidup dalam ingatanku

Thursday, March 6, 2014

Seleksi Alam

"Good men for good women. Bad men for bad women. That is called natural selection."
Perempuan Baik untuk Lelaki Baik [QS. An Nuur: 26] (Source: twicsy.com)

Wednesday, March 5, 2014

Senja

Aku dini hari
bukan penikmat senja.

Namun bulan Desember yang kelabu berhasil membuatku 
menunggu-nunggu senja

Karena senja berarti kedatanganmu
menyodorkan helm usang padaku, 
sambil mengucap salam dan bertanya, “Makan malam di mana kita?”

Aku dini hari 
bukan pecinta senja.

Namun aku melalui dua puluh sembilan senja 
dengan senyum lebar dan hati berdebar.

Karena senja berarti wajahmu
yang lelah namun bercahaya, sayu namun indah.

Dan aku semakin tidak menyukai senja di Canberra 
yang datang terlambat, menjelang waktu orang-orang mulai terlelap.

Karena senja ini aku tidak bisa melihatmu. Juga senja-senja berikutnya.

Dan senja hari ini, semakin sepi saja. Semakin dingin saja.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

P.S: Happy Third Monthiversary, My Dear :)

Lake Burley Griffin, Commonwealth Park Canberra © 2014 Dini Suryani

Tuesday, March 4, 2014

Penantian

"Hidup itu soal menanti. Juga soal mengisi ruang-ruang kosong dalam interval penantian, baik dengan manusia dan peristiwa." 

Jakarta, 24 Desember 2013

Aku Membenci Jalanan Jakarta

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang membuat ugal-ugalan para supir bus kota
Si adik kecil di pangkuan perempuan paruh baya hampir muntah
Entah karena bus berjalan serampangan
Atau karena bau keringat duapuluh tigapuluh orang bersatu padu

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang panjang sekaligus macet
Membuat argo berlari bagai kuda
Tapi taksi tak berkutik
Dompetku bergidik

Aku membenci jalanan Jakarta
Pejalan kaki menyebrang dengan jembatan
Dari belakang ada sepeda motor mengklakson
Minta diberi jalan
Entah siapa yang bodoh

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang pakai sepeda motor gesit menyalip
Yang pakai mobil mewah sombong dan jumawa
Lalu sepeda motor menyenggol mobil mewah
Supir mobil memaki: GOBLOK! 
Dan pengendara motor memacu gas kencang-kencang
Cih, siapa yang peduli?

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang membuat orang berakal tuna pikir
Orang berhati tuna rasa

Tapi jalanan yang aku benci itu
Telah mengantar pulang ribuan hati yang lelah
Menuju persinggahan dan rumah
Yang setiap tapaknya menumpuk harapan para pengguna jalan
Untuk menuntaskan kerinduan

Canberra, 5 Maret 2014, pukul 01:13 dini hari