Tuesday, March 4, 2014

Aku Membenci Jalanan Jakarta

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang membuat ugal-ugalan para supir bus kota
Si adik kecil di pangkuan perempuan paruh baya hampir muntah
Entah karena bus berjalan serampangan
Atau karena bau keringat duapuluh tigapuluh orang bersatu padu

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang panjang sekaligus macet
Membuat argo berlari bagai kuda
Tapi taksi tak berkutik
Dompetku bergidik

Aku membenci jalanan Jakarta
Pejalan kaki menyebrang dengan jembatan
Dari belakang ada sepeda motor mengklakson
Minta diberi jalan
Entah siapa yang bodoh

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang pakai sepeda motor gesit menyalip
Yang pakai mobil mewah sombong dan jumawa
Lalu sepeda motor menyenggol mobil mewah
Supir mobil memaki: GOBLOK! 
Dan pengendara motor memacu gas kencang-kencang
Cih, siapa yang peduli?

Aku membenci jalanan Jakarta
Yang membuat orang berakal tuna pikir
Orang berhati tuna rasa

Tapi jalanan yang aku benci itu
Telah mengantar pulang ribuan hati yang lelah
Menuju persinggahan dan rumah
Yang setiap tapaknya menumpuk harapan para pengguna jalan
Untuk menuntaskan kerinduan

Canberra, 5 Maret 2014, pukul 01:13 dini hari

No comments:

Post a Comment