Berapa gelintir dari manusia di muka bumi ini menghabiskan waktu
berkeliling dunia hanya untuk mencari ‘rumah’?
Mungkin sepuluh. Seratus. Satu juta. Sepuluh juta.
Mungkin salah satu di antaranya adalah kamu?
Rumah macam apa sesungguhnya yang kamu cari itu, yang
membuatmu menghabiskan hampir seperempat usia hidup?
Bisa jadi rumah megah. Bisa pula hanya sebuah pondok
sederhana.
Bisa pula hanya beralaskan rumput, beratapkan langit.
Dunia ini telah menuntut banyak hal dari dirimu. Mengharuskanmu
menjadi ini dan itu. Kau turuti susah payah. Kadang sekedar berpeluh, sesekali
penuh darah.
Rumah selalu berhasil membuatmu menanggalkan sejenak ke(pura-pura)perkasaan
yang sudah sekian lama kau taruh di pundak. Merenggangkan otot-otot ego. Melepaskan
hati yang sedari tadi gulana.
Di rumah, kau kembali menjadi dirimu. Tidak ingin
menjadi ini dan itu. Hanya menjadi dirimu. Menikmati waktu yang semakin pendek.
Dan menikmati butiran air mata yang tak
pernah kau jatuhkan di dunia luar sana.
Maka wajar bagi sepuluh, seratus, satu juta, sepuluh juta manusia bertekad menemukan rumahnya masing-masing.
Maka wajar bagi sepuluh, seratus, satu juta, sepuluh juta manusia bertekad menemukan rumahnya masing-masing.
My home is you (Source: watcha-ahc.tumblr.com) |
Dan dengan gembira aku umumkan, aku sudah menemukan
rumah itu. Rumah yang selalu bisa aku pulangi tanpa merasa bosan melihat
airmataku, dan tanpa mengkritisi kelemahanku. Rumah yang selalu kurindukan
untuk kupulangi, karena ia telah menerima apa adanya diriku, sebelum aku
menerima apa adanya diriku sendiri.
Bagi sepuluh, seratus, satu juta, sepuluh juta yang belum, teruslah mencari. Kau pasti menemukannya.
No comments:
Post a Comment